Lagi lagi lagi dan lagi aku menahan rasa marahku yang ku pendam yang tidak bisa ku ungkapkan. Dia yang kucinta dan dia yang mencintaiku dulu sekarang berubah membenciku, tidak percaya denganku membuat ku terpojokkan membuatku menahan air mata.
"Vanisa ada yang mau lo ceritain gak ke gue?" milli yang daritadi bengong melihatku akhirnya bartanya.
Rasa kecewaku yang teramat sangat dalam membuatku tidak bisa bercerita tentang ini. Aku tidak ingin milli tahu tentang dia, tentang dia yang berubah seiring waktu, mungkin lain waktu saja aku bercerita.
"Gak ada mil, gue baik baik aja senyuman gue masih maniskan? hehe" aku menjawab dengan senyum terpaksa.
"oh yaudah kalo gitu gue pulang ya, bye" milli pamit.
Langit yang tadinya cerah kini memulai kegelapannya, waktu berjalan begitu cepat.
"You can take everything I have
You can break everything I am
Like I'm made of glass
Like I'm made of paper"
Playlist ku menyanyikan lagu milik Demi Lovato. Rasanya gundah, seakan akan lupa rasanya senang.Sakit, ada yang tertekan di dalam hatiku. Air mataku akhirnya jatuh menemaniku terlelap.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Siang hari di cafe Time. Suasana tenang tidak banyak pengunjung yang mampir untuk makan siang terlihat beberapa pasangan yang sedang berbincang. Saat ini aku bersama ketiga sahabatku, Milli, Lifia, Ara. Kami memang selalu berkumpul setiap minggunya entah untuk ngobrol-ngobrol dan minum-minum atau makan siang.
Pandanganku terpaku melihat dia dan teman-temannya yang sedang asyik mengobrol dan tertawa.
"Van mereka ngapain ya ngeliat kesini mulu sambil ketawa sinis gitu kayak lagi nyindir salah satu dari kita? ihhhhhhhhhhhh!" Ara memperhatikan.
Aku tahu mereka pasti membicarakanku, membicarakan sesuatu yang semestinya mereka tidak tahu, tiba-tiba dadaku sesak, aku ingin menangis...
"Mana gue tau ra, kepo banget sih hahahaha. Mungkin emang mereka lagi seneng kan salah satu dari mereka ada yang menang basket pas lawan antar sekolah se-jakarta" Aku menjawab.
"Ha siapa van yang menang basket?" Lifia penasaran.
"Itu si Calvin temennya Kevin" Milli menjawab sambil melirikku.
"Oiya guys.... hubungan gue sama Kevin sekarang gak baik, dia benci sama gue sekarang, udah gak percaya sama gue, dia bilang gue pembohong, gue gaktau kenapa dia bisa bilang gitu" Aku menahan tangis.
"KEVIN?" Ara teriak agak kencang
"ARA!!!!!!" Aku, Milli, Lifia kompak.
Untung saja Kevin dan teman-temannya tidak sadar.
"Yaudahlah biar aja lagian kan lo udah putus! Ngapain di perduliin!" Lifia tegas.
"Tapi rasanya tuh gak enak! Rasanya gak dipercaya lagi sama orang lain gimana sih? apalagi dia mantan gue!!!" Aku membalas.
"Gue tau rasanya jadi lo van. Emang sakit.... sakit banget. Tapi lo coba aja buat lupa sama dia lupain kata- kata dia. Biarin aja dia mau berkata apa" Ara memberi masukan.
Aku hanya bisa diam memikirkan.
"Betul tuh kata Lifia sama Ara ngapain peduli kata dia, diakan bukan siapa-siapa lo lagi! Biarin aja dia gak percaya sama lo lagi yang pasti kan kita-kita masih100% percaya sama lo wkwkwk" Milli menambahkan.
"Oke-okedeh, makasih ya atas sarannya teman- teman yang kece hehe" Aku tersenyum.
Setelah menghabiskan minuman masing-masing dan dua piring french fries kami memutuskan untuk pulang.
Sebelumnya Kevin dan teman-temannya sudah pulang terlebih dulu. Ketika melewati meja kami, mereka termasuk Kevin sempat tertawa sinis melihatku.
"Van sabar ya........." Milli, Lifia,Ara kompak.
Aku hanya tersenyum kepada ketiga temanku itu.
`````````````````````````````````````````````````````````
Aku tidak menyesal memutuskan hubungan dengannya yang kusesali mengapa dia tidak percaya denganku lagi, mengapa dia bilang kalau aku berbohong dengannya, aku tidak mengerti, tidak pernah mengerti. Sekarang hubungan kita benar benar rusak aku pikir setelah kita putus kita bisa jadi teman yang baik tapi dalam kenyataannya tidak, dia mentertawakanku, menyindirku dengan alasan yang tidak jelas. Diam yang kulakukan hanya diam dengan menahan rasa sakit dan pertanyaan-pertanyaan bodoh ini. Tuhan peluk aku sebentar saja....
''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''
"bro sebenernya kenapa sih lo jadi gak percaya gitu sama Vanisa? bukannya pas lo putus baik baik aja?" Calvin sambil menegak minumannya.
"Vanisa? hahaha dia udah ngeboongin gue, dia selalu ngomong yang berbeda di setiap orang, udahlah kalo gue ceritain ke lo juga gak akan mudeng!" Kevin menjelaskan.
"oke-oke kalo gitu... eh mau gaknih minum tapi ati ati lo lagi nyetir" Calvin menawarkan.
"Sini mana gue mau hahaha siap gue kan udah ahli minum sambil nyetir vin" Kevin menjawab.
Mobil melaju cepat yang dikemudikan Kevin mereka melintas di kawasan Tebet tiba-tiba mobil berhenti mendadak.
"Kevin lo nabrak orang tuh!" Calvin panik.
"Ha? Ohya? Udah biarin aja nanti juga ada yang nolong!" Kevin santai.
Kemudian mereka melaju lagi dengan cepat meninggalkan jalan tersebut tanpa tahu siapa yang ditabraknya.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
"Ara sekarang juga lo cepet kerumah sakit! iya iya sekarang! bilang Milli juga ya cepet loh segera!" Lifia bicara dengan telvonnya.
Suasana di Rumah Sakit tegang takada gelak canda ketiga sahabatku disaat menemaniku, aku tidak tahu apa yang terjadi padaku semalam, aku lemas,yang ku hanya ingat aku jatuh dijalan, takada yang memberi tahuku apa yang terjadi denganku. Kepalaku terasa sakit sekali seperti terbentur benda yang sangat keras, aku tak kuat bangun.
"Dok bagaimana anak saya?" Bundaku panik.
"Vanisa... Vanisa kekurangan darah... dia perlu darah tapi kami pihak rumah sakit sedang tidak punya persediaan darah untuk Vanisa. Darah yang cocok dengan Vanisa sangat susah dicari bu" Dokter menjelaskan.
"Jadi dok bagaimana ini?" Bundaku menangis.
...................................................................................................
Aku terbaring lemah diruang ICU aku tak bisa merasakan apa-apa, takbisa mendengar sesuatu, takbisa melihat sesuatu, yang kulihat hanyalah aku ada diruang kosong yang semuanya putih dengan satu sinar rasanya hampa.
Disisi lain aku melihat bundaku, ayahku, kakakku, dan sahabat-sahabatku yang sedang menangis melambaikan tangan kepadaku, tidak tahu aku berjalan mengikuti sinar itu berasal dan melambaikan tangan kepada semua.
Aku pergi......
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
"Kevin anjir ternyata yang kita tabrak waktu itu Vanisa!!!!!!!! Mantan lo!!! gimana nih? tadi gue dapet kabar dia meninggal! dia meninggal karena kecelakaan! dan kita?" Calvin super panik.
"Vanisa? Astaga........... gimana nih? kok lo gak bilang kalo waktu itu yang kita tabrak Vanisa?" Kevin lebih panik.
"Loh bukannya lo yang bilang biarin aja? lo kan gak peduli gitu pas malem kejadian? Calvin menjelaskan.
"Gue kan lagi mabok! jadi gimana lo kita ditangkep police?" Kevin balas.
"Hah gue gaktau lah!!!! lagian kenapa lo waktu itu gak percaya lagi sama dia? kenapa tiba tiba abis lo putus lo gak baik lagi hubungan sama dia? kenapa gak jadi temen yang baik? kenapa? dan kenapa yang lo tabrak malah dia?" Calvin marah.
"Plisssssss... Arrggghhhhhhhhttttt gue terpaksa kalo bilang dia boong sama gue, gue terpaksa bilang kalo gue gak percaya sama dia lagi, gue terpaksa buka aib aibnya dia, gue terpaksa Vin!!! Gue gak terima waktu itu dia putusin hubungan gue sama dia! gue diputusin tanpa sebab tanpa alasan yang jelas! gue gak terima! gue gakbisa ngelupain dia! gakbisa ngelupain kenangan sama dia, gakbisa berhenti kasih dia bunga mawar. Gue masih cinta sama dia! masih sayang! dan kini gue emang brengsek gue udah sakitin dia bilang dia boong sama gue, udah buka aib dia, dan udah nabrak dia sampe meninggal! Tampar gue vin tampar! Gue sayang dia vin" Kevin lalu menangis.
___________________________________________________________
Pemakaman begitu terasa hikmat di iringi suara tangis para pelayat sambil menabur bunga keatas tanah yang masih basah. Terlihat keluarga dan sahabat Vanisa.
Selesainya acara pemakaman Kevin bersama Calvin datang membawa bunga mawar, bunga yang sangat disuka Vanisa dulu. Kevin menangis didepan nisan yang bertuliskan Vanisa Zahra . Kevin menyesal sangat menyesal, belum ada yang tau kalau dalam kecelakaan inilah Kevin penyebabnya.
Teringat dulu sewaktu Kevin dan Vanisa masih bersama.... Kevin selalu membangunkan Vanisa dengan kiriman bunga mawar merah bahkan saat mereka putuskan hubungan pun Kevin masih selalu saja mengirim bunga untuk Vanisa entah mengapa semenjak hubungan mereka rusak Kevin berhenti mengirim bunga. Dan kini bunga yang terakhir dikirim Kevin, bunga untuk Vanisa yang dicintainya , yang disakitinya, yang kini sudah meninggalkan dia dan kehidupannya.
>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>
Di cafe Time kafe yang selalu jadi kenangan untuk Vanisa bersama sahabat-sahabatnya juga Kevin. Hari ini 7 hari kepergian Vanisa, dihari ini Kevin dan sahabat-sahabat Vanisa mengadakan acara doa bersama dan mengenang. Tidak heran Vanisa selalu dikenang karena dia sebagai seorang teman juga saudara dia adalah seorang yang kuat seorang yang pantang menyerah seorang yang tidak mudah berputus asa, sebagai seorang penulis cilik dia cukup terkenal, seorang yang baik dan ramaah pada setiap orang dan seorang yang selalu dicintai banyak orang.
"Lagu ini gue buat Vanisa yang kusayangi yang ada di surga sana" Kevin sambil memegang bunga.
Kaulah yang pertama menjadi cinta
Tinggalah kenangan
Berakhir lewat bunga
Seluruh cintaku untuknya...
Bunga terakhir...
Kupersembahkan kepada yang terindah
Sebagai satu tanda cinta untuknya
Bunga terakhir...
Menjadi satu kenangan yang tersimpan
Takkan pernah hilang 'tuk selamanya
Oh... Ho...
Betapa cinta ini sungguh berarti
Tetaplah terjaga
Selamat tinggal kasih
Ku telah pergi selamanya...
`````````````````````````````````````````````````````````
Aku tidak menyesal memutuskan hubungan dengannya yang kusesali mengapa dia tidak percaya denganku lagi, mengapa dia bilang kalau aku berbohong dengannya, aku tidak mengerti, tidak pernah mengerti. Sekarang hubungan kita benar benar rusak aku pikir setelah kita putus kita bisa jadi teman yang baik tapi dalam kenyataannya tidak, dia mentertawakanku, menyindirku dengan alasan yang tidak jelas. Diam yang kulakukan hanya diam dengan menahan rasa sakit dan pertanyaan-pertanyaan bodoh ini. Tuhan peluk aku sebentar saja....
''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''
"bro sebenernya kenapa sih lo jadi gak percaya gitu sama Vanisa? bukannya pas lo putus baik baik aja?" Calvin sambil menegak minumannya.
"Vanisa? hahaha dia udah ngeboongin gue, dia selalu ngomong yang berbeda di setiap orang, udahlah kalo gue ceritain ke lo juga gak akan mudeng!" Kevin menjelaskan.
"oke-oke kalo gitu... eh mau gaknih minum tapi ati ati lo lagi nyetir" Calvin menawarkan.
"Sini mana gue mau hahaha siap gue kan udah ahli minum sambil nyetir vin" Kevin menjawab.
Mobil melaju cepat yang dikemudikan Kevin mereka melintas di kawasan Tebet tiba-tiba mobil berhenti mendadak.
"Kevin lo nabrak orang tuh!" Calvin panik.
"Ha? Ohya? Udah biarin aja nanti juga ada yang nolong!" Kevin santai.
Kemudian mereka melaju lagi dengan cepat meninggalkan jalan tersebut tanpa tahu siapa yang ditabraknya.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
"Ara sekarang juga lo cepet kerumah sakit! iya iya sekarang! bilang Milli juga ya cepet loh segera!" Lifia bicara dengan telvonnya.
Suasana di Rumah Sakit tegang takada gelak canda ketiga sahabatku disaat menemaniku, aku tidak tahu apa yang terjadi padaku semalam, aku lemas,yang ku hanya ingat aku jatuh dijalan, takada yang memberi tahuku apa yang terjadi denganku. Kepalaku terasa sakit sekali seperti terbentur benda yang sangat keras, aku tak kuat bangun.
"Dok bagaimana anak saya?" Bundaku panik.
"Vanisa... Vanisa kekurangan darah... dia perlu darah tapi kami pihak rumah sakit sedang tidak punya persediaan darah untuk Vanisa. Darah yang cocok dengan Vanisa sangat susah dicari bu" Dokter menjelaskan.
"Jadi dok bagaimana ini?" Bundaku menangis.
...................................................................................................
Aku terbaring lemah diruang ICU aku tak bisa merasakan apa-apa, takbisa mendengar sesuatu, takbisa melihat sesuatu, yang kulihat hanyalah aku ada diruang kosong yang semuanya putih dengan satu sinar rasanya hampa.
Disisi lain aku melihat bundaku, ayahku, kakakku, dan sahabat-sahabatku yang sedang menangis melambaikan tangan kepadaku, tidak tahu aku berjalan mengikuti sinar itu berasal dan melambaikan tangan kepada semua.
Aku pergi......
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
"Kevin anjir ternyata yang kita tabrak waktu itu Vanisa!!!!!!!! Mantan lo!!! gimana nih? tadi gue dapet kabar dia meninggal! dia meninggal karena kecelakaan! dan kita?" Calvin super panik.
"Vanisa? Astaga........... gimana nih? kok lo gak bilang kalo waktu itu yang kita tabrak Vanisa?" Kevin lebih panik.
"Loh bukannya lo yang bilang biarin aja? lo kan gak peduli gitu pas malem kejadian? Calvin menjelaskan.
"Gue kan lagi mabok! jadi gimana lo kita ditangkep police?" Kevin balas.
"Hah gue gaktau lah!!!! lagian kenapa lo waktu itu gak percaya lagi sama dia? kenapa tiba tiba abis lo putus lo gak baik lagi hubungan sama dia? kenapa gak jadi temen yang baik? kenapa? dan kenapa yang lo tabrak malah dia?" Calvin marah.
"Plisssssss... Arrggghhhhhhhhttttt gue terpaksa kalo bilang dia boong sama gue, gue terpaksa bilang kalo gue gak percaya sama dia lagi, gue terpaksa buka aib aibnya dia, gue terpaksa Vin!!! Gue gak terima waktu itu dia putusin hubungan gue sama dia! gue diputusin tanpa sebab tanpa alasan yang jelas! gue gak terima! gue gakbisa ngelupain dia! gakbisa ngelupain kenangan sama dia, gakbisa berhenti kasih dia bunga mawar. Gue masih cinta sama dia! masih sayang! dan kini gue emang brengsek gue udah sakitin dia bilang dia boong sama gue, udah buka aib dia, dan udah nabrak dia sampe meninggal! Tampar gue vin tampar! Gue sayang dia vin" Kevin lalu menangis.
___________________________________________________________
Pemakaman begitu terasa hikmat di iringi suara tangis para pelayat sambil menabur bunga keatas tanah yang masih basah. Terlihat keluarga dan sahabat Vanisa.
Selesainya acara pemakaman Kevin bersama Calvin datang membawa bunga mawar, bunga yang sangat disuka Vanisa dulu. Kevin menangis didepan nisan yang bertuliskan Vanisa Zahra . Kevin menyesal sangat menyesal, belum ada yang tau kalau dalam kecelakaan inilah Kevin penyebabnya.
Teringat dulu sewaktu Kevin dan Vanisa masih bersama.... Kevin selalu membangunkan Vanisa dengan kiriman bunga mawar merah bahkan saat mereka putuskan hubungan pun Kevin masih selalu saja mengirim bunga untuk Vanisa entah mengapa semenjak hubungan mereka rusak Kevin berhenti mengirim bunga. Dan kini bunga yang terakhir dikirim Kevin, bunga untuk Vanisa yang dicintainya , yang disakitinya, yang kini sudah meninggalkan dia dan kehidupannya.
>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>
Di cafe Time kafe yang selalu jadi kenangan untuk Vanisa bersama sahabat-sahabatnya juga Kevin. Hari ini 7 hari kepergian Vanisa, dihari ini Kevin dan sahabat-sahabat Vanisa mengadakan acara doa bersama dan mengenang. Tidak heran Vanisa selalu dikenang karena dia sebagai seorang teman juga saudara dia adalah seorang yang kuat seorang yang pantang menyerah seorang yang tidak mudah berputus asa, sebagai seorang penulis cilik dia cukup terkenal, seorang yang baik dan ramaah pada setiap orang dan seorang yang selalu dicintai banyak orang.
"Lagu ini gue buat Vanisa yang kusayangi yang ada di surga sana" Kevin sambil memegang bunga.
Kaulah yang pertama menjadi cinta
Tinggalah kenangan
Berakhir lewat bunga
Seluruh cintaku untuknya...
Bunga terakhir...
Kupersembahkan kepada yang terindah
Sebagai satu tanda cinta untuknya
Bunga terakhir...
Menjadi satu kenangan yang tersimpan
Takkan pernah hilang 'tuk selamanya
Oh... Ho...
Betapa cinta ini sungguh berarti
Tetaplah terjaga
Selamat tinggal kasih
Ku telah pergi selamanya...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar